Kamis, 15 November 2007

Cerita sang kopi.....

Saya tuh penggemar kopi...kayanya hampir semua jenis saya suka...dan mau bagaimana-pun cara penyajiannya...selama itu masih ada aroma dan rasa kopi saya suka...awalnya saya juga gak tau kenapa saya suka banget sama kopi....tapi setelah saya telusuri (halah kaya deketif)...kayanya saya mulai akrab dengan sang kopi sejak kuliah...karena letak kampus saya yang di tengah2 mall (Trisakti)..bikin saya
&teman hobby nongkrong buat minum kopi sambil nunggu kuliah...bukan karena saya addict atau apa....tapi saya suka aja...sama baunya....trus rasanya yang berbeda2 antara satu jenis dengan yang lainnya...ah pokoknya mantap-lah. Ditambah lagi sejak saya ambil master programme (S-2) saya tambah akrab dengan kopi dan warung2 kopi (baca:bukan warteg ya...) karena warung kopi jadi sarana kumpul dengan temen2 satu kelompok kalo bikin paper...atau warung kopi jadi sasaran saya ngerjain tugas..kalo lagi bete di rumah.


Mungkin ini aneh ya buat sebagian orang Indonesia...koq cewe suka kopi...tapi saya gak peduli..saya suka banget...hanya saja saya batasi...saya hanya minum maksimal 2 cangkir kopi (ukuran kecil) dalam sehari...biar gak terlalu berat efek sampingnya...dan syukurnya sampai sekarang saya gak kecanduan tuh...kalau emang gak ngopi ya gak apa2...gak ada keluhan pusing atau apalah...santai2 aja...

Saking cintanya sama kopi saya penasaran banget bagaimana asal usul kopi di jagat Indonesia tercinta ini...ini hasil browse saya dari wikipedia...mungkin bermanfaat:

Pada awalnya kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka (Ceylon). Pada awalnya pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama, yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi Arabika. Kopi ini tidak terserang hama.

Pemerintah Belanda kemudian menanam kopi Liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi Liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi Liberika sedikit lebih besar dari biji kopi Arabika dan kopi Robusta. sebenarnya, perkebunan kopi ini tidak terserang hama, namun ada revolusi perkebunan dimana buruh perkebunan kopi menebang seluruh perkebunan kopi di jawa pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumya.
Robusta menggantikan kopi Liberika. Walaupun ini bukan kopi yang khas bagi Indonesia, kopi ini mejadi bahan ekspor yang penting di Indonesia.

Bencana alam,
Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan - semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi Arabika, sedangkan di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, Jampit) umumnya adalah kopi Robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi Arabika dan Robusta. Kopi Robusta tumbuh di daerah rendah sedangkan kopi Arabika tumbuh di daerah tinggi.
Setelah kemerdekaan banyak perkebunan kopi yang diambil alih oleh pemerintah yang baru atau ditinggalkan. Saat ini sekitar 92% produksi kopi berada di bawah petani-petani kecil atau kooperasi.

Tidak ada komentar: